Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah self-care menjadi semakin populer di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jika dahulu self-care hanya dianggap sebagai kegiatan sederhana untuk menjaga kesehatan fisik, kini pada 2025, self-care telah berkembang menjadi fenomena sosial, ekonomi, dan bahkan budaya populer.
Generasi milenial dan Gen Z adalah motor penggerak utama tren ini. Mereka melihat self-care bukan hanya sekadar “merawat diri”, melainkan bentuk investasi jangka panjang untuk kesehatan fisik, mental, dan emosional. Self-care 2025 kini mencakup berbagai aspek: olahraga, nutrisi, kesehatan mental, perawatan kulit, hingga aktivitas spiritual.
Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana self-care di tahun 2025 berevolusi: dari sekadar rutinitas pribadi menjadi industri global bernilai miliaran dolar, sekaligus budaya populer yang memengaruhi gaya hidup masyarakat modern.
Evolusi Konsep Self-Care
Dari Tradisi ke Modernitas
Konsep merawat diri sebenarnya sudah ada sejak lama dalam berbagai budaya. Dalam tradisi Jawa, misalnya, perawatan tubuh dengan jamu dan lulur sudah dilakukan turun-temurun. Di Jepang, praktik mandi onsen diyakini sebagai bentuk pembersihan tubuh dan jiwa.
Namun, istilah self-care dalam konteks modern mulai populer pada akhir abad ke-20, terutama di Barat, sebagai bagian dari gerakan kesehatan mental dan feminisme. Pada 2020-an, konsep ini semakin meluas, tidak lagi terbatas pada perempuan, tetapi menjadi kebutuhan semua orang.
Pandemi sebagai Titik Balik
Pandemi COVID-19 menjadi katalis besar. Ketika banyak orang mengalami stres, kecemasan, dan isolasi sosial, self-care menjadi solusi untuk menjaga keseimbangan hidup. Dari meditasi online, workout di rumah, hingga ritual skincare, semua berkembang pesat.
Tahun 2025, warisan pandemi masih terasa: self-care kini dianggap sebagai kebutuhan pokok, sejajar dengan kebutuhan dasar lain seperti makan dan tidur.
Self-Care sebagai Budaya Populer
Media sosial berperan besar dalam mempopulerkan self-care. Influencer dan selebritas memamerkan rutinitas harian mereka: dari morning routine, skincare malam, hingga journaling. Self-care tidak lagi bersifat privat, melainkan bagian dari identitas publik dan simbol status.
Praktik Self-Care 2025
Kesehatan Fisik
Self-care dalam bentuk olahraga tetap populer. Namun, di 2025, pendekatannya lebih holistik. Orang tidak lagi mengejar tubuh ideal semata, tetapi kesehatan menyeluruh. Yoga, pilates, strength training, hingga olahraga berbasis aplikasi digital mendominasi.
Pola makan juga menjadi bagian penting. Diet berbasis tanaman, konsumsi makanan organik, dan minuman sehat seperti kombucha dan cold-pressed juice semakin umum. Suplemen vitamin dan probiotik menjadi bagian dari rutinitas harian.
Kesehatan Mental
Self-care kini identik dengan perawatan kesehatan mental. Meditasi, mindfulness, journaling, dan terapi digital menjadi tren utama. Aplikasi meditasi berbasis AI membantu pengguna mengatur emosi, mengelola stres, dan meningkatkan fokus.
Banyak orang meluangkan waktu khusus untuk digital detox: menjauh dari gawai selama beberapa jam atau hari demi menjaga kesehatan mental.
Skincare dan Beauty
Industri kecantikan menjadi bagian besar dari self-care 2025. Skincare bukan sekadar rutinitas estetika, tetapi simbol perawatan diri. Produk dengan bahan alami, ramah lingkungan, dan berteknologi tinggi semakin digemari.
Self-care juga mencakup grooming bagi laki-laki. Produk skincare pria berkembang pesat, menunjukkan bahwa perawatan diri bukan monopoli perempuan.
Spiritualitas dan Mindfulness
Selain aspek fisik dan mental, banyak orang mengintegrasikan spiritualitas dalam self-care. Dari meditasi, yoga, doa, hingga praktik tradisional lokal, semua dianggap penting untuk menyeimbangkan kehidupan modern yang penuh tekanan.
Self-Care sebagai Industri
Pasar Bernilai Miliaran
Industri self-care global diperkirakan bernilai ratusan miliar dolar pada 2025. Indonesia juga mengalami lonjakan signifikan. Dari produk skincare, aplikasi kesehatan, spa, hingga konten digital, semuanya menjadi bagian dari ekosistem self-care.
Teknologi dan Inovasi
Teknologi mendorong industri self-care. Aplikasi kesehatan mental, wearable device, hingga layanan telemedicine memperluas akses perawatan diri. Konsumen bisa mengatur pola makan, olahraga, dan meditasi hanya melalui ponsel pintar.
Ekonomi Kreatif
Self-care juga masuk ke ranah ekonomi kreatif. Influencer, konten kreator, hingga komunitas wellness menghasilkan konten edukasi dan hiburan seputar self-care. Mereka menciptakan pasar baru yang menghubungkan produk, layanan, dan gaya hidup.
Tantangan dalam Self-Care 2025
-
Komersialisasi Berlebihan. Self-care berisiko menjadi produk konsumtif ketimbang praktik autentik.
-
Aksesibilitas. Tidak semua orang mampu membeli produk atau layanan self-care mahal.
-
Greenwashing. Banyak brand memanfaatkan tren ini tanpa komitmen nyata pada keberlanjutan.
-
Tekanan Sosial. Alih-alih menyembuhkan, self-care bisa menciptakan standar baru yang membebani, terutama di media sosial.
-
Ketimpangan Digital. Akses aplikasi kesehatan mental masih terbatas bagi daerah dengan infrastruktur internet lemah.
Self-Care sebagai Gerakan Sosial
Komunitas Self-Care
Di berbagai kota besar Indonesia, komunitas self-care bermunculan. Mereka mengadakan kelas yoga, workshop mindfulness, hingga acara tukar buku sebagai bagian dari perawatan mental.
Self-Care dan Gender
Self-care kini inklusif. Pria semakin terbuka melakukan self-care, menghapus stigma bahwa merawat diri adalah hal feminin. Di sisi lain, perempuan menemukan self-care sebagai cara melawan standar kecantikan yang menekan.
Self-Care dan Generasi Muda
Generasi Z adalah motor utama tren ini. Bagi mereka, self-care adalah bentuk perlawanan terhadap budaya kerja berlebihan (hustle culture). Mereka memilih keseimbangan hidup ketimbang sekadar mengejar produktivitas.
Masa Depan Self-Care 2025 ke Depan
-
Self-Care Digital. AI dan VR akan membawa pengalaman self-care ke level baru.
-
Integrasi Kesehatan. Self-care akan menjadi bagian sistem kesehatan nasional.
-
Ekonomi Lokal. Produk herbal, jamu, dan tradisi lokal akan menjadi bagian penting.
-
Self-Care Inklusif. Akses layanan self-care akan diperluas untuk semua lapisan masyarakat.
-
Gerakan Global. Self-care akan terus berkembang sebagai gerakan sosial internasional.
Kesimpulan
Self-care 2025 bukan lagi rutinitas pribadi, tetapi fenomena budaya populer. Dari olahraga, nutrisi, skincare, hingga kesehatan mental, self-care telah menjadi bagian integral dari gaya hidup modern.
Rekomendasi untuk Masa Depan
-
Self-care harus dijaga agar tetap autentik, bukan sekadar tren konsumtif.
-
Pemerintah dan swasta perlu memperluas akses layanan self-care.
-
Generasi muda harus menjadikan self-care sebagai alat pemberdayaan, bukan tekanan sosial.
-
Komunitas perlu terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keseimbangan hidup.
Jika dikelola dengan baik, self-care akan menjadi gerakan yang memperkuat kesehatan fisik, mental, dan sosial generasi mendatang.
Referensi
-
Self-care – Wikipedia
-
Mental health – Wikipedia