Dari Mesin Gol Timnas ke Lapangan Tarkam: Perjalanan Karier Evan Dimas

wartalokal.com – Evan Dimas Darmono pernah menjadi wajah masa depan sepakbola Indonesia. Sebagai kapten Timnas U‑19, ia membawa tim juara Piala AFF U‑19 2013 dan mencetak hattrick ikonik melawan Korea Selatan U‑19 di kualifikasi Piala Asia U‑19. Prestasi itulah yang melambungkan namanya sebagai wonderkid tanah air.

Karier profesionalnya tak kalah berwarna: membela Bhayangkara, Persija Jakarta, Arema, hingga Persik Kediri. Namun, memasuki pertengahan 2024, kariernya mengendur. Performa menurun dan waktu bermain menyusut drastis, sampai akhirnya kontraknya tidak diperpanjang oleh Persik Kediri. Beberapa video viral memperlihatkan kondisi fisiknya yang kurus—menyulut kekhawatiran fans beliau masih baik-baik saja.

Kini, sosok yang dulu jadi motor permainan Garuda ini memilih jalan berbeda—bertahan di dunia sepakbola lewat jalur turnamen antar kampung alias tarkam.

Bayaran Fantastis Menarik, Bertanding di Tarkam Bukan soal Sekadar Nostalgia

Tak lagi berlaga di lapangan profesional, Evan kini merumput di lapangan desa, termasuk turnamen di Banjarnegara. Video viral menunjukkan ia bermain bersama Cristian Gonzales di tim lokal GRKP Banjarnegara.

Bukan tanpa alasan ia memilih jalan ini. Menurut keterangan dari turn0search13, bayaran per pertandingan bisa mencapai Rp1 juta—nominal yang sangat lumayan bagi pemain lokal maupun eks profesional di momen tak aktif secara kompetitif. Jika lapangan berada dekat rumah, uang saku Rp600 ribu pun sudah dianggap cukup. Evan sendiri menyebut, “Lumayan, bisa untuk jajan.”

Sekilas terlihat sederhana, tapi bagi Evan, ini berarti menjaga kondisi fisik, menambah penghasilan, dan tetap merasa terlibat di lapangan bersama masyarakat lokal sekaligus melatih SSB Saraswati di Tulungagung.

Tarkam Bukan Sekadar Hiburan—Ada Makna Sosial dan Kontribusi Komunitas

Turnamen Tarkam memang tak lagi eksklusif. Evan dan juga legenda lain—Christián Gonzales, Ferdinand Sinaga, bahkan Markus Horison—turut meramaikan acara ini. Tarkam kini menjadi wadah solidaritas komunitas, hiburan rakyat, sekaligus sarana menjaga semangat dan kebugaran mantan atlet.

Selain itu, faktanya Tarkam sering diadakan untuk memeriahkan momen komunitas seperti Ramadan League di Makassar. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, atmosfer lebih riuh, dan kompetisinya tetap intens—seperti turnamen di lereng Gunung Lawu yang begitu ramai disaksikan.

Bagi Evan, ikut tarkam adalah bentuk kembali ke akar sepakbola sederhana—bakat, jiwa kompetisi, dan interaksi langsung dengan masyarakat sekitar. Saat tampil di lapangan Desa Kayu Ares, Banjarnegara, kehadirannya mengundang rasa bangga sekaligus haru bagi masyarakat desa.